Syariat Islam


Menurut Wikipedia Bahasa Indonesia Syariat Islam (Arab: شريعة إسلامية Kata syara' secara etimologi berarti "jalan-jalan yang bisa di tempuh air", maksudnya adalah jalan yang di lalui manusia untuk menuju Allah. Syariat Islamiyyah adalah hukum atau peraturan Islam yang mengatur seluruh sendi kehidupan umat Islam. Selain berisi hukum, aturan dan panduan peri kehidupan, syariat Islam juga berisi kunci penyelesaian seluruh masalah kehidupan manusia baik di dunia maupun di akhirat.

Kata syariat yang sering kita dengar dalam keseharian baik ketika membaca buku, mendengar rekaman ceramah para ustadz, menyimak pengajian, kultum, ataupun khutbah adalah kata berbahasa arab yang telah diserap ke dalam bahasa Indonesia.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia versi online (KBBI daring), syariat adalah hukum agama yang menetapkan peraturan hidup manusia, hubungan manusia dengan Allah Swt., hubungan manusia dengan manusia dan alam sekitar berdasarkan Alquran dan hadis. Bentuk kata tidak bakunya: sarengat, sariat, sereat, syariah.
Sebagai sebuah khas agama, istilah syariat selalu identik dengan teologi Islam. Seperti kalimat, Al-Quran adalah sumber pertama dari syariat Islam. Meskipun sebenarnya istilah ini sudah ada sejak sebelum Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam diutus, namun di lingkungan masyarakat Indonesia istilah syariat lebih populer identik dengan Islam.
Untuk mendapatkan definisi lebih jelas tentang makna syariat dalam Islam, maka kita perlu merujuk kepada kamus literatur bahasa Arab.
Syariat berasal dari kata dasar sya-ra-‘a (شَرَعَ – يَشْرعُ) yang artinya memulai, mengawali, memasuki, memahami. Atau diartikan juga dengan membuat peraturan, undang-undang, syariat. Syar’un (شَرْع) dan syir’atan (شِرْعَة) memiliki arti yang sama: ajaran, undang-undang, hukum, piagam.
Ibnu Manzhur berkata: “Syari’at, syara’, dan musyarra’ah adalah tempat-tempat di mana air mengalir turun ke dalamnya. Syir’ah dan syari’ah dalam percakapan bangsa Arab memiliki pengertian syir’atul ma’, yaitu sumber air, tempat berkumpulnya air, yang didatangi manusia lalu mereka meminum airnya dan mengambil airnya untuk minum…. Bangsa Arab tidak menamakan tempat-tempat berkumpulnya air tersebut syari’at sampai air tersebut banyak, terus mengalir tiada putusnya, jelas dan bening, dan airnya diambil tanpa perlu menggunakan tali.” (Lisanul ‘Arab, 8/174)
Masih dalam tinjauan etimologi, syariat juga diartikan dengan mazhab atau ath-Thariqah al-Mustaqimah: metode yang lurus. (Al-Mukhtar min Shihhatil Lughah, 265; Al-Madkhal li Dirasati asy-Syari’ah, Abdul Karim Zaidan, 38)

KATA SYARIAT DALAM AL-QURAN

Ternyata, kata syariat juga terdapat dalam al-Quran. Dalam al-Quran, kata syariat baik berbentuk kata kerja (verb), kata benda, ataupun kata sifat terdapat dalam beberapa ayat.
ثُمَّ جَعَلْنَاكَ عَلَىٰ شَرِيعَةٍ مِنَ الْأَمْرِ فَاتَّبِعْهَا
Kemudian Kami jadikan kamu berada di atas suatu syariat (peraturan) dari urusan (agama itu)…” (QS. Al-Jatsiyah: 18)
لِكُلٍّ جَعَلْنَا مِنْكُمْ شِرْعَةً وَمِنْهَاجًا
Untuk tiap-tiap umat di antara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang.” (QS. Al-Maidah: 48)
إِذْ تَأْتِيهِمْ حِيتَانُهُمْ يَوْمَ سَبْتِهِمْ شُرَّعًا
“…ketika mereka melanggar aturan pada hari Sabtu, di waktu datang kepada mereka ikan-ikan (yang berada di sekitar) mereka terapung-apung di permukaan air, dan di hari-hari yang bukan Sabtu…” (QS. Al-A’raf: 163)
شَرَعَ لَكُمْ مِنَ الدِّينِ مَا وَصَّىٰ بِهِ نُوحًا وَالَّذِي أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ
Dia telah mensyariatkan bagi kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu…” (QS. Asy-Syura: 13)
أَمْ لَهُمْ شُرَكَاءُ شَرَعُوا لَهُمْ مِنَ الدِّينِ مَا لَمْ يَأْذَنْ بِهِ اللَّهُ
Apakah mereka mempunyai sembahan-sembahan selain Allah yang mensyariatkan untuk mereka agama yang tidak diizinkan Allah?” (QS. Asy-Syura: 21).

Syariat Islam adalah agama Islam itu sendiri. Oleh karenanya sumber-sumber syariat Islam adalah sumber-sumber agama Islam itu sendiri, yaitu Al-Qur’an dan As-Sunnah. Al-Qur’an dan As-Sunnah adalah sumber satu-satunya ajaran Islam. Baik Al-Qur’an maupun As-Sunnah berasal dari wahyu Allah SWT, sehingga ia sempurna dan terjaga kemurniaannya.

(عَنْ عَلِيٍّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ (تَرَكْتُ فِيكُمْ أَمْرَيْنِ لَنْ تَضِلُّوا مَا تَمَسَّكْتُمْ بِهِمَا كِتَابَ اللَّهِ وَسُنَّةَ نَبِيِّهِ

Dari Ali bin Abi Thalib RA berkata, Rasulullah SAW bersabda: “Aku telah meninggalkan di tengah kalian dua perkara, jika kalian berpegang teguh dengan keduanya niscaya kalian tidak akan pernah tersesat. Kedua perkara itu adalah kitab Allah dan sunnah Nabi-Nya.” (HR. Malik dalam Al-Muwatha’ no. 3338 dan Al-Hakim dalam Al-Mustadrak no. 319, dengan sanad hasan)

Al-Qur’an adalah wahyu Allah SWT yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW melalui perantaraan  malaikat Jibril AS. Al-Qur’an adalah kitab suci terakhir dari sisi Allah SWT, kepada nabi dan rasul terakhir, untuk menjadi pedoman hidup bagi seluruh umat manusia dan jin.

Sebelum Al-Qur’an ditulis dan dihafal oleh umat Islam di muka bumi, Al-Qur’an telah ditulis dan dipelihara di Al-Lauh Al-Mahfuzh, sebagaimana difirmankan oleh Allah SWT:

“Bahkan yang didustakan mereka itu ialah Al-Qur’an yang mulia, yang (tersimpan) dalam Lauh Mahfuzh.” (Al-Buruj: 21-22)

Al-Qur’an telah ditulis dan disimpan dalam sebuah kitab yang terpelihara, di atas langit yang ketujuh, di sisi Allah. Sebagaimana difirmankan oleh Allah SWT:

“Sesungguhnya Al-Qur’an ini adalah bacaan yang sangat mulia, pada kitab yang terpelihara (Lauhul Mahfuzh), tidak menyentuhnya kecuali orang-orang yang disucikan; ia diturunkan dari Rabb seluruh alam.” (Al-Waqi’ah: 77-80)

Al-Qur’an telah ditulis dan disimpan dalam lembaran-lembaran yang suci dan dimuliakan, sebagaimana difirmankan oleh Allah SWT:

“Sekali-kali jangan (demikian)! Sesungguhnya ajaran-ajaran Allah itu adalah suatu peringatan. Maka barangsiapa yang menghendaki, tentulah ia memperhatikannya, tersimpan di dalam lembaran-lembaran yang dimuliakan, yang ditinggikan lagi disucikan, di tangan para penulis (malaikat), yang mulia lagi berbakti.” (‘Abasa: 11-16).

Semoga Bermanfaat bagi anda yang ingin mempelajari mengenai Syariat Islam


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Wiridan

Analisis Cerita Rakyat Sasakala Kalapa Genep

Rarakatan Sholat (Sunda)